Merantau ke Kudus Demi Penghasilan Layak, Medi Malah Sering Rugi Saat Jual Tahu Sumedang

Menggoreng tahu Sumedang dengan kematangan merata, sudah menjadi keseharian Medi (65) di lapaknya yang berada di Desa Prambatan Kidul, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus. Tahu yang selalu disajikan dalam keadaan hangat itu harusnya mengundang banyak orang untuk mampir ke lapaknya.
Namun, upayanya menarik banyak pembeli itu tak selalu berbuah manis. Dalam pengakuannya, ia sering merugi dan harus nombok karena penghasilannya belum cukup untuk bayar setoran. Sebagai penjual yang tak bisa produksi sendiri, ia memang harus menyetor kurang lebih Rp200 ribu sehari, meski kadang hasil jualannya tak sampai sebesar itu.
“Ini kan punya orang. Saya ikut orang saja karena tidak punya modal,” katanya, Rabu (6/7/2022).
Menjual tahu Sumedang dengan harga Rp1 ribu ternyata tidak selalu untung. Ia bahkan sering menambal kerugian antara Rp50 ribu hingga Rp100 ribu. Bahkan, meski dagangannya habis, ia lebih sering menggunakannya untuk makan dan bayar utang.
“Kalau nggak habis saya nombok, kadang-kadang Rp50 ribu, Rp100 ribu. Kalau habis ya buat makan dan bayar utang,” ungkap Medi.
Pendapatan yang tidak tentu hasilnya itu, membuat Medi merasa sedih jika tidak bisa mengirim uang kepada keluarganya di Sumedang. Medi mengungkapkan hanya mampu mengirim uang apabila ada sisa dari bayar setoran dan makan.
“Saya punya anak lima. Kalau mau ngirim, ya jika ada uangnya. Pernah ngasih uang Rp200 ribu buat seminggu,” tuturnya.
Meski sudah setahun di Kudus, tempat jualannya itu rupanya belum begitu ramai. Bahkan jika ditotal, ia sudah merantau selama kurang lebih 30 tahun ke beberapa daerah untuk jualan tahu Sumedang.
“Saya di sini baru satu tahun, sebelumnya di Semarang pindah-pindah,” tandas Medi.
Sumber : betanews.id
posted by pencari inspirasi @ 18:22
0 Comments


0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home